Senin, 20 April 2009

Puisi

Petisi Untuk Tuhan


Ku ingin menggugat Ayah!

Ayahku

mu juga

Ku ingin menggugat Bunda!

Bundamu

ku juga

Ku ingin menggugat kita!

mu

ku juga

Hanya, ku lebih ingin menggugat Tuhan

Dalam doaku dan sujudku

mu juga!


Coban Rondo, bulan hujan 2008

puisi

ELEGI SANG MALAM

Ketika matahari menyibakkan tirai fajar
Sang malam kembali tenggelam dalam keramaian pagi
Keramaian yang tak kan pernah bisa kumengerti
Dan tak kan bisa mengerti aku
Tuhan….
Biarkanlah malam tetap malam
Malam yang tak kan pernah lelah tuk menemaniku
Malam yang selalu bisa menghadirkan senyuman kepadaku
Meskipun itu senyuman pahit
Malam…
Apa kau bosan menenemaniku?
Apa aku tlah menyakitimu?
Sehingga membuat kamu enggan tuk bercerita dan ngobrol denganku
Bercengkerama tentang kehidupan, kenyataan, kebahagiaan
Yang tak kan abadi ini
Dalam dunia yang penuh dengan kepalsuan dan kebohongan ini
Malam….
Kau selalu menemaniku, menghiburku
Menemaniku dengan cahaya temaram bulan dan taburan bintang
Menemaniku bersama dengan kepahitan dan kekelaman hidup ini
Menghiburku dengan warna pekat dan gelapmu
Yang indah tuk ku rasakan, nyaman tuk ku jalani

Malam, kuingin terus bercengkerama denganmu
Tapi, kita kalah dengan waktu yang tak kan pernah mau berhenti berputar
Sampai ia bosan tuk berputar
Malam, terima kasih kau selalu menghadirkan hal baru yang harus ku mengerti
Terima kasih kau telah menghadirkan dewi malam untukku
Ku ingin selalu bersama denganmu melewati hidup ini
Tapi…………….
Kadang kuharus membencimu

Buah karya
M.S. Rizal

Artikel Sastra

NAYLA : PENGARUH ID. EGO DAN SUPEREGO DALAM KEHIDUPAN
(Sebuah Kajian Psikoanalisis)
Maulfi Syaiful Rizal

ABSTRAK
Penelitian dan pembahasan ini mengangkat tema psikologi. Hal ini dikarenakan dalam karya sastra tidak hanya realitas sosial yang menjadi latar belakang dalam pembuatan karya sastra tersebut dan tidak hanya realitas sosial yang ada dalam karya sastra tersebut. Selain realitas sosial, keadaan jiwa atau psikologi pengarang dan psikologi tokoh dalam karya sastra juga merupakan unsur yang penting dalam pembuatan karya sastra dan yang ada dalam karya sastra. Dalam pembahasan ini, keadaan psikologi yang dibahas adalah keadaan psikologi tokoh utama dalam Novel Nayla yaitu Nayla dan pengaruh id, ego dan superego dalam kehidupannya yang membuatnya melakukan perilaku yang.menyimpang.
Metode yang dipakai dalam pembahasan ini adalah metode hermeneutika yang lebih menekankan pada penafsiran terhadap objek kajian. Sedangkan, pendekatan yang dipakai adalah pendekatan psikologi yang mengutamakan keadaan jiwa dan pengaruh kejiwaan tersebut dalam kehidupannya. Pendekatan yang dipakai juga digunakan dalam penggunaan teori. Landasan teori yang dipakai adalah konsep psikoanalisis Sigmund Freud yang membagi kedaan psikologi manusia menjadi tiga tingkatan, yaitu id, ego dan superego. Id adalah kedaan psikologi yang paling dasar dan alamiah yang biasanya berupa naluri dan hasrat serta nafsu saja. Sedangkan ego adalah keadaan psikologi yang bertugas untuk menahan id yang terpengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya. Superego adalah kedaan psikologi yang lebih menekankan pada sistem nilai baik-buruk dalam kehidupan.
Hasil dari pembahasan ini adalah keanehan dan penyimpangan yang dilakukan oleh Nayla tidak hanya dikarenakan faktor dalam dirinya saja tetapi juga dikarenakan adanya tekanan dalam hidupnya yang berasal dari keluarganya, terutama ibunya yang selalu menyiksanya sehingga membuat dia trauma. Selain itu, tekanan juga muncul ketika dia kehilangan orang yang dia sayangi yang membuatnya dirinya melakukan pembelaan diri dari tekanan-tekanan tersebut.









PENGANTAR
Tantangan di bidang psikologi sangat luas dan rahasia. Bidang ilmu ini menyelidiki gejala psikis yang berpengaruh pada gejala fisik yang sangat kompleks. Selain disebabkan oleh bervariasinya tingkah laku manusia, komplektisitas tersebut bisa didekati dari berbagai perspektif dan disiplin ilmu. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah peranan dan aspek psikologi dalam teks sastra? Dan apakah mungkin aspek-aspek psikologi dipakai sebagai salah satu pendekatan analisis sastra?
Menanggapi pertanyaan tersebut berarti terdapat fenomena baru yang mewarnai sastra yang berkembang. Hal ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa karya sastra tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa perkembangan karya sastra tidak mungkin dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan yang berada di luar sastra dan yang berkaitan dengan konteks kehidupan.
Karya sastra merupakan dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang merupakan gabungan dari realitas sosial yang ada dalam lingkungan pengarang maupun dari luar lingkungan pengarang dengan daya imajinasi pengarang dalam mengungkapkan pikiran dan keinginannya. Dapat dikatakan bahwa sastra tidak terlahir dari kekosongan, tetapi sastra lahir dari tanggapan diri pengarang ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan. Pengalaman dan refleksi batin atas hal tersebut terlahir dalam karya sastra.
Sastra adalah cermin kehidupan. Sastra merupakan kristalisasi nilai dan pengalaman hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah kenyatan budaya.
Dalam pembuatan sebuah karya sastra, pengarang tidak hanya mengandalkan realita sosial yang diamatinya saja, tetapi pengarang juga melibatkan apa yang dirasakannya dan apa yang ditafsirkannya tentang kehidupan, dan juga proses kreatif pengarang yang bersumber dari dalam diri pengarang itu sendiri. Salah satu contohnya adalah keadaan psikologis pengarang dalam proses pembuatan karyanya. Hal ini bisa dilihat ketika pembaca sudah menikmati karya sastra dari seorang pengarang dan menginterpretasikan karya tersebut untuk lebih memahami pengarang. Karya sastra merupakan ekspresi ambang ketaksadaran penulis atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Dalam kaitan ini karya sastra dapat dipakai sebagai cermin memendang sisi psikologis pengarang. Dari gambaran di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa apa yang disampaikan penulis dalam karyanya merupakan penggambaran dari penulis itu sendiri dan juga sebagai spionase dari realita sosial yang ada di masyarakat secara umum maupun masyarakat dalam pengamatan penulis secara khususnya.
Novel atau cerpen sebagai bentuk sastra merupakan jagad realita yang didalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh). Realita sosial, realita psikologis, realita religius merupakan tema-tema yang sering kita dengar ketika seseorang menyoal novel sebagai realita kehidupan. Secara spesifik realita psikologis sebagai misal, adalah kehadiran fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkungan. Fenomena psikologis yang muncul di dalam fiksi baru memiliki arti, kalau pembaca mampu memberikan interpretasi dan ini berarti ia memiliki bekal teori tentang psikologi yang memadai.
Sekarang ini, psikologi merupakan fenomena yang muncul ke permukaan dalam pembahasan dan menganalisis karya sastra. Hal ini dikarenakan hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat dua mata pisau. Di satu sisi, keberhasilan manusia dalam segala penemuannya seakan-akan telah mengantarkan manusia pada satu cita-cita akan kesempurnaan hidup, kepuasan, dan kesejahteraan yang penuh persaudaraan. Namun pada sisi yang lainnya dalam kenyataannya, penemuan-penemuan tersebut ternyata malah menghasilkan egosentrisme, kebingungan batin, ketakutan bahkan kegilaan histeris di mana hubungan dengan realitas batin telah sirna dan pikiran manusia telah terpisah dari persaan. Dalam kenyataannya sekarang ini, konteks kepuasaan dan keberhasilan manusia ternyata lebih dititikberatkan pada dominasi individu atas individu lainnya.
Masalah-masalah di atas muncul karena keberhasilan yang diraih sulit dipisahkan dari kehendak dan daya pikir dan imajinasi seseorang. Jika kehendak mempunyai peranan yanng lebih besar dari daya pikir, maka kemungkinan keberhasilan yang dicapai merupakan keberhasilan yang naif, keberhasilan sesaat dan semu yang seringkali lepas dari kendala kesadaran diri sehingga munculah superego. Kebebasan yang diperoleh tersebut tentu akan masih terselip ketakutan, karena apa yang diperoleh manusia tidak lebih dari upaya untguk memperjuangkan superegonya tersebut, karena superego merupakan pemertahanan diri terhadap tekanan dari lingkungannya.
Alasan inilah yang mendasari tulisan ini. Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu dipakai sebagai objek kajian dengan pertimbangan bahwa masalah yang berkaitan dengan jiwa tersebut tidak hanya ada dalam karya sastra asing, melainkan juga sudah merambah sastra Indonesia yang bisa dilihat pada novel Nayla. Tentunya hal ini tidak dapat dilepaskan dari konteks psikoanalisis itu sendiri dan problem kehidupan manusia dewasa ini yang tidak lagi bersifat bagian perbagian melainkan sudah menjadi permasalahan global. Dari sini diharapkan dapat diketahui persoalan-persoalan apa yang dihadapi manusia saat ini dan solusi apa yang perlu dilakukan.

LANDASAN TEORI
Pendekatan yang dipakai dalam pembahsan ini adalah pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra.
Banyak ragam definisi yang merujuk kepada pengertian psikologi sebagai ilmu jiwa yang menekankan perhatian studinya pada manusia, terutama pada perilaku manusia. Hal ini dapat dipahami oleh sebab perilaku merupakan fenomena yang dapat diamati dan tidak abstrak. Sedang jiwa merupakan sisi dalam manusia yang tidak teramati tetapi penampakannya tercermati dan tertangkap oleh indera yaitu lewat perilaku. Perilaku manusia sangat beragam, tetapi memiliki pola atau keterulangan jika diamati secara cermat. Pola atau keterulangan inilah yang ditangkap sebagai fenomena dan seterusnya diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu.
Teori psikoanalisis yang dipakai pada penelitian ini mengacu pada konsep Sigmund Freud tentang kepribadian. Freud mengatakan bahwa kepribadian terbagi atas tiga aspek, yaitu: Id, Ego, dan Superego yang selalu ada dalam diri manusia. Perbedaan Id, Ego dan Superego yang membangun struktur akal pikiran manusia dalam pandangan Freud dapat dijelaskan sebagai berikut. Kesadaran dapat disesuaikan dengan sistem persepsi, mengamati, dan menyusun dunia luar, bawah sadar dapat diberikan kesadaran, manakala sadar dibangun pula berdasarkan hal-hal yang keluar dari sistem sadar bawah sadar.
Teori “Psikoanalisis Freud” memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak awal. Dalam pandangan ini, benih-benih dari gangguan psikologis sudah ditanamkan pada tahun-tahun awal pertumbuhan. Pandangan Freud tentang seksualitas masa kanak-kanak benar-benar jelas dan kontroversial.
Freud juga mengemukakan tiga struktur mental atau psikis, yakni Id, Ego, dan Superego. Satu-satunya struktur mental yang ada sejak lahir adalah id, yang merupakan dorongan biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan mencari kepuasan segera. Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle) yang memuaskan dorongan id menurut cara-cara yang dapat diterima masyarakat. Adapun superego, yang terbentuk melalui proses identifikasi dalam pertengahan masa kanak-kanak, merupakan bagian dari nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral.
Mekanisme pertahanan seprti represi, melindungi ego dari kecemasan dan mengeluarkan dorongan yang tidak dapat diterima dari kesadaran. Meskipun menggunakan mekanisme pertahanan adalah normal, namun bila digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan pola tingkah laku abnormal.
Berdasarkan kajian Freud, ada garis tipis perbedaan antara yang normal dan abnormal (dalam hal derajat). Orang normal dan abnormal didorong oleh dorongan irasional dari id. Normalitas hanya merupakan masalah keseimbangan energi antara struktur psikis dari id, ego, dan superego.
Freud berpendapat bahwa manusia dapat menjadi neurotik – bahkan psikotik - struktur mental menjadi tidak seimbang. Pada orang-orang normal, ego memiliki kekuatan untuk mengontrol insting dari id dan untuk menahan hukuman dari superego.

Dalam karya sastra, konflik-konflik yang dialami tokoh-tokohnya merupakan cerminan dari kehidupan kita sehari-hari yang tidak akan pernah bisa lepas dari rasa bahagia, senang, sedih, dan juga rasa moral. Demikian juga pada karya sastra atau novel, yang diungkapkan oleh seorang pengarang adalah sebuah ungkapan kejiwaan yang tertampung dalam karya-karyanya.
Kesedihan merupakan suatu proses yang sangat panjang dan kesulitan, ini diikuti dengan lenyapnya nafsu libido dan objek cinta yang meninggalkannya, dan diarahkan pada kesulitan yang lebih umum yang dialami oleh setiap orang saat meninggalkan posisi libido, melankolia juga sering ditimbulkan oleh kehilangan orang yang dicintainya, meskipun kehilangan tersebut mungkin disebabkan oleh penolakan atau ditinggalkan, bukan kematian.
Abraham Maslow berpendapat bahwa dalam psikologi terdapat tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern, yaitu: psikoanalisis yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik; behaviorisme mencirikan manusia sebagai korban yang fleksibel, pasif dan penurut terhadap stimulus lingkungan; psikologi humanistik yang muncul dengan menampilkan gambaran manusia yang berbeda dengan gambaran manusia dari psikoanalisis maupun behaviorisme yakni berupa gambaran manusia sebagai makhluk yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan.
Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kehidupan masyarakat.

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud: Id, Ego, dan Superego
Konsep Id
Id adalah lapisan psikis yang paling dasariah: yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan-keinginan yang direpresi. Id menjadi bahan dasar bagi pembentukan psikis lebih lanjut dan tidak terpengaruh oleh kontrol pihak ego dan prinsip realitas.
Mengatakan bahwa Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan.
Id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yakni suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera. Serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit Freud menambahkan bahwa pikiran autistik atau angan-angan sangat diwarnai oleh pengaruh proses primer, gambaran-gambaran mentah yang bersifat memenuhi hasrat ini merupakan satu-satunya kenyatan yang dikenal Id.
Jadi, Id merupakan sistem yang paling dasar yang dimiliki oleh manusia . Id tidak membutuhkan perintah dari sistem yang lainnya karena Id akan bekerja secara otomatis.
Konsep Ego
Ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. Aktifitasnya bersifat sadar, prasadar, maupun tak sadar. Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain, juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran yang akan dikerjakan. Juga ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyatan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Jadi dalam hal ini, ego merupakan alat pengarah menuju dunia objek dan menjalankan prinsipnya berdasarkan kenyataan dan merupakan hasil persinggungan dengan dunia luar atau realitas kehidupan.
Konsep Superego
Superego dibentuk dengan melalui proses internalisasi dari nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figure yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Fungsi utama superego adalah sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; menagrahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan mendorong individu kepada kesempurnaan.
Keadaan psikologi seseorang sangat mempengaruhi tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga teori psikoanalisis ini. Dalam psikoanalisis, seseorang akan mengalami peningkatan dalam perkembangan psikologinya ketika mereka mengalami masalah dan tertekan oleh individu lain, sehingga membuat orang tersebut memberikan pembelaan diri yang lahir dari id, ego dan superego. Hal ini juga terjadi pada Nayla. Nayla dalam kehidupannya selalu mengedapankan egonya dalam bertindak karena dia merasa tertekan yang pada proses sebelumnya selalu id merupakan unsur yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkah lakunya. Sedangkan superegonya menjadikan dia orang yang berguna bagi dirinya dan keluarganya serta masyarakat sekitarnya.
Dalam pembahsan ini, metode yang dipakai adalah metode hermeneutika. Metode hermeneutika adalah metode yang lebih menitikberatkan pada penafsiran pembaca terhadap karya sastra yang dibacanya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa karya sastra merupakan penyampaian pesan kepada pembaca yang bermedium bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Penafsiran disampaikan lewat bahasa, bukan bahasa itu sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan.


PEMBAHASAN
Pengaruh Id Terhadap Tokoh Nayla
Dalam novel Nayla, yang menjadi tokoh utama adalah Nayla, karena tokoh ini merupakan pusat penceritaan dan memiliki peran penting dalam suatu cerita. Tokoh Nayla adalah anak seorang peerkanal terkenal dan ibunya adalah pelacur tingkat atas atau berkelas tinggi dan akhirnya dia menjadi seorang penulis terkenal. Dalam perjalanan hidupnya, Nayla selalu mengalami kesulitan dan dia merasakan betapa sulitnya memperoleh kebahagiaan seperti orang yang lain, hal ini diawali pada masa kecilnya. Kebahagian yang diperoleh Nayla menyimpang dari kebahagiaan yang diperoleh seperti anak-anak kecil yang lainnya, bahkan dia tidak memperoleh kebahagiaan yang ingin dirasakannya bersama ibu yang seharusnya melindungunya dan memberinya rasa aman dan nyaman.
Nayla memeperoleh rasa aman dan nyaman yang berbeda dengan anak-anak yang lain, Dia memperoleh rasa aman dan nyaman lewat mabuk dan pergi ke diskotek. Meskipun demikian, dia tetap merasa sepi dan hidup sendiri denga segala kesulitan yang menghimpitnya dan dia tetap merasa nestapa walaupun dia lupa karena mabuk. Nayla begitu ingin menjadi seorang anak yang normal yang selalu memperoleh kebahagian dengan cara yang normal dan dia begitu ingin segera lepas dari kesulitan yang selama ini selalau menghimpitnya dan menjalar di sela-sela hidupnya.
Pengaruh Ego terhadap Tokoh Nayla
Sudah dijelaskan di depan bahwa ego adalah system kepribadian yang bertindak sebagai penagruh individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Dalam hal ini, Nayla mengalami suatu tekanan batin karena mengalami trauma yang mendalam dalam hidupnya karena perilaku yang dilakukan oleh ibunya terhadap dirinya. Nayla tidak ingin punya ibu, dia ingin diperlulakukan seperti anak-anak yang lain, dia ingin dimanja dan disayang dengan cara yang normal, bukan dengan cara disiksa dengan cara ditusuki vaginanya hanya karena ngompol. Karena trauma akan hal itu, Nayla begitu membenci sosok seoarang ibu.
Nayla adalah seorang perempuan yang menganggap laki-laki itu sebagai binatang dan berotak kerdil. Nayla menganggap laki-laki itu bodoh karena hanya menginginkan tubuhnya saja dan menganggap laki-laki itu seperti binatang karena laki-laki berpikiran seks itu hanya pelampiasan nafsu birahi saja.
Selain itu, Nayla juga sering sekali merasa frustasi dalam kehidupannya. Seseorang mengalami frustasi ketika keinginannya terganjal untuk bisa terealisasi atau khayali, atau bisa juga dikatakan bahwa seseorang mengalami frustasi karena hasrat keinginannya terhalang sehingga tidak dapat terwujud. Halangan tersebut bisa berasal dari keterbatasan fisik atau psikis. Sejalan dengan pengertian ini, Nayla mengalami frustasi sebab ia tidak bisa merealisasi keinginannya untuk bisa hidup bahagia selayaknya anak-anak lain seusianya. Perasaan itu menapak puncaknya saat ayahnya meninggal, seperti yang terdapat dalam surat Nayla untuk ayahnya yang telah tiada. Kehilangan ayahnya membuat Nayla melanggar aturan-aturan dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh ibunya yang bergitu membenci ayahnya, tetapi Nayla lebih memilih untuk tinggal bersama ayahnya.
Pengaruh Superego pada Tokoh Nayla
Telah dijelaskan di depan, superego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Nayla selalu merindukan sosok ayah, ketika dia sudah bertemu dengan ayahnya dia ingin berbakti kepadanya dan memberikan sesuatu yang terbaik kepada ayahnya. Ketika ayahnya sakit dia ingin menunggui ayahnya walaupun dia harus bolos sekolah, karena dia ingin memperoleh kebahagian dan merasa tenang yang selama ini belum pernah dia rasakan ketika bersama ibunya walaupun dia tidak tahu seperti apa kebahagiaan itu yang penting dia merasa tenang.
Selain itu, kematian sang ayah membuat Nayla terpukul dan ia mengambil jalan untguk melaean semua nilai-nilai sebelumnya yang ditanam oleh ibunya yaitu dengan jalan mabuk dan memakai obat-obatan hingga akhirnya ia mendapat hukuman atas perbuatannya dan dijebloskan ke rumah perawatan anak nakal.
Walaupun trauma karena sering disiksa ibunya, Nayla tetap merindukan ibunya dan menganggapi ibunya adalah perempuan terhebat di dunia ini dan dia tetap mengagumi ibunya. Nayla ingin juga mengabari ibunya tentang keadaanya karena dia masih merasa dan memerlukan seorang ibu yang telah mendidiknya dan memberinya nilai-nilai yang baik padanya namun Nayla tetap melanggarnya karena telah tertekan dan frustasi dengan keadaan yang telah dia terima. Selain itu, bagi Nayla ibu adalah sosok yang akan selalu menginspirasi dia dalam mengahadapi setiap kesulitan dan kesendirian dalam hidupnya.

SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan terhadap novel Nayla dengan teori psikoanalisis yang dijadikan sebagai landasan teorinya, simpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Id dalam diri Nayla sangat mempengarahi keadaan psikologinya, karena dia selalu merasa sendiri dan selalu mengalami kesulitang yang berkepanjangan walaupan dia sudah berusaha untuk melupakan masa lalunya yang penuh dengan trauma dan siksa.
2. Ego dalam dirinya telah membuat dirinya begitu membenci ibunya karena trauma akan siksa yang selalu dilakukan oleh ibunya. Selain itu, ego telah menghalangi dirinua untuk bisa menganggap laki-laki sebagai makhluk yang tidak hanya mementingkan seks saja dalam hidupnya dan juga frustasi dengan keadaan yang dia terima sehingga membuat dia merasa gila dan tidak merasa aman sebagai seorang anak.
3. Superego dalam dirinya telah mengantarkan dirinya untuk selalu bangga kepada ibunya dan menganggap ibunya sebagai perempuan terhebat dan juga menghargai dan berbuat baik kepada ayahnya walaupun itu cuma singkat, kematian ayahnya menjadikan nilai melupakan nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh ibunya sejak dia kecil.
Dari beberapa uraian di atas, kesadaran diri, imajinasi, dan penalaran ternyata telah merobek keharmonisan hidup dan menyebabkan manusia menjadi menyimpang dan menjadi aneh. Keanehan dan penyimpangan yang dilakukan oleh Nayla tidak hanya dikarenakan faktor dalam dirinya saja tetapi juga dikarenakan adanya tekanan dalam hidupnya yang berasal dari keluarganya, terutama ibunya yang selalu menyiksanya sehingga membuat dia trauma. Selain itu, tekanan juga muncul ketika dia kehilangan orang yang dia sayangi yang membuatnya dirinya melakukan pembelaan diri dari tekanan-tekanan tersebut.

DAFTAR RUJUKAN
Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press
Koswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik. Bandung: Eresco
Maesa Ayu, Djenar. 2005. Nayla. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: Unversity Press
Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra Analisis Psikologi. Surakarta: Muhamadiyah University Press
Sudikan, Setya Yuwono. 2004. Makalah “Novel Kenanga karya Oka Rusmini: Suatu Pendekatan Hermeneutik Freudian”. Tidak diterbitkan
Teori Kepribadian dan Teori Psikoanalitik Freud dalam http://www.kanisiusmedia .com (7 Juni 2008)